Sabtu, 20 September 2014

Belajar Pada Tanaman, Kokoh Ibarat Tunas



Salah satu penghuni bumi ini,
yang hadir bersama manusia adalah pepohonan.
Pohon yang kita manfaatkan sebagai sarana kehidupan.
Mungkin selama ini yang sering kita perhatikan bagian dari pohon adalah buah, daun, ranting, cabang dan batang.

Padahal, ada bagian dari pohon yang bekerja 24 jam penuh, dialah akar. Ia menyerap berbagai sari-sari tanah kemudian mengalirkannya ke setiap bagian pohon itu. Sejak aliran sari tanah itu sampai pada batang, dahan, ranting, daun, pohon itu pun menghasilkan buah-buahan yang lebat.

Namun, jika suatu ketika musim beralih, cuaca buruk, suplai air kurang, daun bisa kering kerontang. Ranting bisa rapuh, batang rusak fungsi akar yang menyuplai makanan pun bisa terhenti. Ketika semua fungsi-fungsi tumbuhan tersebut rusak apa yang akan terjadi?
Tumbuhan itu akan tetap hidup selama ada tunas pengganti. Perlu kita amati tunas ini cikal bakal penerus pohon yang sudah diambang mati. Melanjutkan generasinya yang menghadapi kepunahan.

Tunas dapat bertahan walau keadaan musim seburuk apapun. Ia tetap hidup walau daun, ranting atau dahan yang lainnya sudah terancam dalam kesakitan. Ia akan terus bertahan tidak mudah diombang-ambing oleh apa pun.

Ia tetap menjulang tinggi karena ia mempunyai cita-cita yang tinggi. Berharap kelak dirinya bermanfaat bagi generasinya juga bagi tempat dimana ia tumbuh. Ia bisa tetap berdiri kuat dan kokoh karena berpacu pada landasan yang jelas pada batang atau tanah.

Manusia untuk menjadi pahlawan tidak mesti berubah jadi pohon atau tunas. Namun, kita masih bisa belajar pada makhluk yang kadang kita sepelekan keberadaannya ini. Bukankah dalam Al-Quran, Taurat dan Injil manusia itu laksana tunas? (Al-Quran Mushaf Al-Mujib: Edisi Asmaul Husna dan Doa, hal.  594).

Barangkali kita tidak akan bisa seperti Mahatma Gandi, pahlawan asketis dari India. Tidak pula kita bisa seperti Umar Bin Abdul Aziz, khalifah nan Qonaah yang membiarkan dirinya sengsara! guna menyejahterakan rakyatnya. Tidak pula seperti pahlawan-pahlawan heroik lainnya di dunia ini.

Namun, kita masih sebagai pahlawan bagi diri sendiri, bagi keluarga anak-istri, atau setidaknya masyarakat terdekat. Kita sedang membawa misi agar bahagia diri dan membahagiakan orang lain.

Sejenak kita bisa mengingat kembali Muhammad Saw., figur yang tidak mempunyai rumus menyerah pada keadaan sesulit apapun. Begitu juga kita, yang memiliki segudang harapan yang tidak akan pernah habis. Kita ini kuat dan kokoh karena memperjuangkan misi kita.
Pada suatu kesempatan Rasulullah bersabda,

 “ Perumpamaan orang beriman itu seperti tunas tanaman.” (.H.R. Bukhari-Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar