Sabtu, 18 Oktober 2014

Di Balik Kalimat 'Aku Baik-baik Saja'


Kalau ada survei kepada pria tentang kalimat apa yang paling sering diucapkan perempuan dan membuat mereka bingung, salah satu jawaban teratas adalah: "Aku nggak apa-apa, kok." Oke, mungkin itu adalah jawaban kedua selain ‘terserah’ yang udah pasti menempati peringkat pertama. Mereka menganggap bahwa jawaban tersebut sangat ambigu dan memiliki begitu banyak arti—yang kemungkinan besar negatif dan akan membawa mereka kepada pusaran mood perempuan yang nggak bisa diprediksi ke mana arahnya.

Banyak juga pria yang ketika mendengar seorang perempuan berkata "nggak kok, aku nggak apa-apa" malah akan langsung memutar bola mata, menghela napas, dan mulai menerjemahkan apa arti kalimat barusan menjadi bahasa normal.

Yes, I know it, gentlemen.

Padahal mungkin aja sesungguhnya, kami, para perempuan, nggak memiliki maksud tersembunyi di balik kalimat sederhana tersebut. Kemungkinan bahwa kami sesungguhnya memang ‘nggak apa-apa’ kayaknya nggak pernah kepikiran di kepala para pria.

Dalam beberapa kesempatan ketika saya sendiri mengatakan, "Aku nggak apa-apa, kok. I’m fine," kepada pasangan adalah memang karena saya sendiri merasa baik-baik saja. Nggak ada pesan yang harus diterjemahkan dari kata-kata tersebut. Sesederhana itu. Mungkin saya sedang mengalami PMS akut, tapi selebihnya saya baik-baik saja. Dan untuk menjelaskan bagaimana rasanya, akan membutuhkan banyak energi dan saya terlalu capek untuk menjelaskan lebih jauh.

Sering juga saya lagi sebal terhadap sesuatu atau seseorang—bos di kantor, anak buah keras kepala, jalanan macet, masalah dengan sahabat atau orang tua, atau berbagai macam hal lainnya—dan itu nggak ada hubungannya sama sekali dengan pasangan saya. Ada hal-hal yang nggak bisa dibicarakan, bahkan dengan pasangan sekali pun. Kadang saya nggak mau membicarakannya dengan pasangan lebih karena itu menyangkut privasi seseorang atau kayaknya nggak pantas aja buat dibicarakan dengan orang lain. Biasanya saya hanya akan mengatakan, "Nggak, aku baik-baik aja. Ini bukan tentang kamu juga. Cuma aku nggak bisa cerita." Ini supaya pasangan saya mengerti bahwa perubahan tiba-tiba dalam sikap saya bukanlah kesalahan dia—atau kesalahan orang lain.

Cumaaaa… saya mau mengaku dosa juga sih. Kadang memang saya mengatakan, ‘aku nggak apa-apa’ padahal sebenarnya ada apa-apa. Hanya saja saya lagi berpikir untuk menyampaikan suatu hal yang saya nggak tau bagaimana sebaiknya menyampaikan hal tersebut tanpa: 1) membuat saya terdengar menyebalkan seperti cewek-cewek di sinetron, 2) menyinggung perasaan pasangan saya. Eh, itu nggak gampang, tau. Jadi, ketika pasangan saya merasa aneh karena saya yang bawel banget tiba-tiba menjadi pendiam dan bertanya, "Kamu kenapa? Kok diam aja?" selama saya belum menemukan cara yang pas, mungkin saya akan tetap menjawab, "Aku baik-baik saja."

Jadi kesimpulannya, ketika seorang perempuan mengatakan bahwa ia baik-baik aja, nothing is wrong—nggak usah buru-buru browsing di internet cara memecahkan kode di balik kata-kata tersebut. Kadang kami memang membutuhkan waktu untuk memecahkan masalah kami sendiri, tanpa perlu menceritakannya terlebih dahulu kepada pasangan.

Tapi tentu saja ada pengecualian dari semua yang saya katakan di atas. Kalau pada dasarnya pasangan Anda adalah perempuan yang suka drama, mungkin memang ada pesan yang ingin dia sampaikan kepada Anda—yang saya juga nggak punya saran untuk memecahkannya. Namun saya rasa, kebanyakan perempuan mungkin beralasan seperti yang saya utarakan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar